Kamis, 23 Oktober 2014

Sistem Informasi Psikologi




1.      Pengertian Informasi

Raymond Mc.leod menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.

Lani Sidharta (1995: 28) berpendapat bahwa informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang berguna untuk membuat keputusan.

Menurut Tata Sutabri, informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

dapat disimpulkan bahwa informasi adalah sekumpulan fakta-fakta yang telah diolah menjadi data, sehingga menjadi lebih berguna dan menjadi informasi saat dibaca atau diketahui oleh orang yang membutuhkan akan informasi tersebut dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Informasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Sabarguna, 2003):

a.    Data yang telah diolah
b.    Bentuknya lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima
c.    Menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata
d.   Digunakan untuk mengambil keputusan

Sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang terintegrasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Di dalam sistem terdapat suatu proses interaksi antara perangkat lunak dan perangkat keras yang akan menghasilkan informasi yang dapat digunakan.
Sistem juga merupakan manajerial dari sebuah organisasi yang mengatur dan menjalankan roda organisasi sehingga ada keteraturan yang baik didalamnya agar tidak terjadi bentrok antara elemen-elemen pembentuk sistem didalamnya.

Sistem memilki beberapa karakteristik, diantaranya :


1.      Komponen (elemen)
Komponen dari suatu sistem dikenal sebagai subsistem, dimana subsistem merupakan sistem didalam suatu sistem yang memiliki fungsi sendiri namun terintegrasi dengan sistem lainnya.
2.      Boundary
Merupakan batasan antar sistem satu dan sistem lainnya dengan lingkungan luar.
3.      Environtment
Merupakan segala sesuatu yang berada diluar sistem yang mempengeruhi operasi dalam sistem.
4.  Interface
Merupakan media penghbung antara subsistem dengan subsistem lainnya.
5. Input
Merupakan data yang dimasukan kedalam proses sistem.
6. Output
Merupakan hasil yang dikeluarkan dari proses sistem, dimana didalamnya terdapat keluaran yang berguna (misalnya informasi) maupun yang tidak berguna (misalnya limbah).
7. Sasaran sistem (objective)
Merupakan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai oleh suatu sistem.
 
Pekerjaan informasi ini adalah pekerjaan yang meliputi pengumpulan data, penyebaran data dengan meneruskannya ke unit lain, atau langsung diolah menjadi informasi, kemudian informasi tersebut diteruskan ke unit lain. Pada unit kerja yang baru informasi tadi dapat langsung digunakan, atau dapat juga dianggap sebagai data (baru) untuk diolah lagi menjadi informasi sesuai keperluan unit bersangkutan. Informasi tersebut, bila perlu atau sesuai prosedur, dapat diteruskan lagi ke unit lain.
Dengan beredarnya informasi dari unit ke unit lain maka terjadilah arus informasi atau hubungan informasi antarunit. Hubungan tersebut lazim disebut sebagai hubungan antarsubsistem dalam suatu kaitan kerja sama suatu sistem

2.      Pengertian sistem informasi psikologi.
Menurut Kusrini & Andri kaniyo (2007) sistem informasi adalah sebuah sistem yang terdiri atas rangkaian subsistem informasi terhadap pengolahan data untuk menghasilkan informasi berguna dalam pengambilan keputusan.
Menurut Irene Joos, dkk (2009) sistem informasi adalah suatu sistem yang memiliki tujuan sendiri untuk menghasilkan informasi dengan menggunakan sisteminput/ proses/ output.
Menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sitem informasi psikologi adalah sebuah sistem yang terdiri dari rangkaian subsitem yang menghasilkan informasi dan bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal.


Penggunaan sistem informasi dalam psikologi dimungkinkan karena banyak hal dalam dunia psikologi yang masih bisa dikelola dengan sentuhan komputerisasi. Misalnya penggunaan tes psikologi secara virtual, penggunaan teknologi eye-tracking dan yang terbaru adalah teknologi virtual reality yang memungkinkan seseorang untuk mengurangi bahkan menyembuhkan gangguan psikologis seperti ADHD, PTSD dan beragam fobia.
Sumber :
Permana, N.A. (2013). Teori informasi dan kepustakaan. Jurnal : definisi informasi. Bandung : Universitas Padjajaran.

Minggu, 27 April 2014

Tugas Psikoterapi ke 2


I.     Terapi Humanistik

a.        Konsep dasar pandangan humanistik tentang kepribadian
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Abraham Maslow (1950) memfokuskan kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Menurut Maslow, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit”. Pendekatan ini melihat kejadian bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien.

b.      Unsur – unsur Terapi
a)      Munculnya gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
b)      Tujuan Terapi
·  Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
                                                ·     Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
                                                ·     Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri. 
c)      Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
§  Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadian
§  Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
§  Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
§  Berorientasi pada pertumbuhan
§  Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
§  Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
§  Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
§  Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
§  Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
d)      Tekhnik – tekhnik Terapi Humanistik
 Secara tradisional, terapi hanya diperuntukkan untuk menangani orang-orang yang mengalami gangguan emoional atau penderita neurotik atau psikotik. Terapi humanistik juga dilakukan untuk orang-orang yang “sehat” atau populasi normal, yang menginginkan pertumbuhan pribadi yang lebih penuh.

II.  Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)

    Manifestasi teori kepribadian dalam keyakinan terhadap pendekatan PCT terdapat tiga kondisi yang membentuk iklim yang meningkatkan pertumbuhan tersebut, yaitu: (1) genuineness, realness or cogruence, (2) acceptance or caring or prizing – unconditional positive regard, dan (3) empathic understanding.
Teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-maalah penyesuaian diri yang sederhana. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju aktualisasi diri.

A.    Konsep Dasar Pandangan Carl Rogers tentang Kepribadian
Carl Ransom Rogers (1961), seorang tokoh utama dalam penciptaan psikologi humanistik, membangun teori dan praktek terapinya di atas konsep tentang “pribadi yang berfungsi penuh”. Carl R. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Pandangan client centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negative dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam.
B.     Unsur-unsur Terapi
1.      Munculnya Gangguan
Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
2.      Tujuan Terapi
Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima.
 
3.      Peran Terapis
Carl Rogers terkenal dengan kontribusinya terhadap metode terapi. Terapi yang dia praktikan memiliki dua nama yang sama-sama dia pakai. Awalnya dia menyebut metodenya dengan non-direktif, sebab dia berpendapat seorang terapis tidak seharusnya tidak mengarahkan kliennya, akan tetapi membebaskan klien mengarahkan sendiri ke mana terapi akan berujung. Semakin banyak pengalaman yang dia peroleh selama terapi, seorang terapis akan semakin menyadari bahwa dia masih tetap memiliki pengaruh pada kliennya justsru karena dia sama sekali tidak mengarahkannya. Kemudian Rogers mengganti istilah ini dengan metode yang terpusat pada klien. Dia tetap menganggap klienlah yang seharusnya menyatakan apa yang salah pada dirinya, berusaha memperbaikinya sendiri, dan menentukan kesimpulan apa yang akan dihasilkan proses terapi-terapi ini akan tetap “terpusat pada klien” meskipun dia menyadari betul pengaruh terapis terhadap dirinya. Salah satu ungkapan yang dipakai Rogers dalam menggambarkan bagaimana cara kerja metode terapinya ini adalah “berusahalah mendorong dan mendukung, jangan mencoba merekonstruksi”, dan dia juga mencontohkan dengan proses belajar mengendarai sepeda. Satu-satunya teknik yang dikemukakan Rogers untuk menjalankan metode tersebut adalah refleksi. Refleksi adalah pemantulan komunikasi perasaan. Kalau klien berkata saya merasa tidak berguna, maka si terapi bisa memantulkan hal ini kembali pada klien .
C.     Teknik Terapi
Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik, dan mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor. Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor tersebut. Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan memahaminya (klien). Karena itu dalam teknik amat digunakan sifat-sifat konselor berikut:
a.       Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral.
b.      Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten.
c.       Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu.
d.      Nonjudgemental artinya tidak member penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.


II.      Logotherapy (Frank)

A.    Konsep dasar pandangan Farnkl tentang kepribadian
Konsep logotherapi
ü  Kehidupan memiliki makna dalam keadaan apapun, termasuk dalam penderitaan.
ü  Manusia memiliki suatu kehendak untuk hidup bermakna yang merupakan motivasi utama untuk hidup.
ü  Kita memiliki kebebasan untuk menemukan makna hidup melalui apa yang dikerjakan, apa yang dihayati, atau sekurang-kurangnya dalam sikap yang kita ambil atas situasi dan penderitaan yang tak dapat diubah lagi.
Sebagai satu metode terapi, logoterapi eksistensial menolong klien untuk mencari dan menemukan ‘makna eksistensi diri yang sepenuhnya’. Hal ini berarti menolong klien bukan hanya untuk melihat kemungkinan-kemungkinan dari nilai hidup yang memberi makna tetapi juga menemukan relevansi dari nilai-nilai tersebut dalam kehidupan peribadinya.
B.     Unsur-unsur Terapi
1.      Munculnya Gangguan
Logoterapi menggunakan teknik tertentu untuk mengatasi phobia (rasa takut yang berlebihan), kegelisahan, obsesi tak terkendali dari pemakai obat-obatan terlarang. Selain itu juga termasuk untuk mengatasi kenakalan remaja, konsultasi terhadap masalah memilih pekerjaan dan membantu semua masalah dalam kehidupan.Jika dikaitkan dengan konseling maka Konseling logoterapi suatupendekatan yang digunakan untuk membantu individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Konseling logoterapi berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented). 
2.      Tujuan Terapi
Terapi Logo (Logo Therapy) bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.
3.      Peranan Terapis
 Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan terapis
1. Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
2. Mengendalikan filsafat pribadi
3. Terapis bukan guru atau pengkhotbah
4. Memberi makna lagi pada hidup
5. Memberi makna lagi pada penderitaan
6. Menekankan makna kerja
7. Menekankan makna cinta

C.     Teknik-teknik dalam Terapi:
 a.  Paradoxical Intention  (pembalikan keinginan) 
Teknik  paradoxical intention  pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri (biologis dan psikologis) dan lingkungan.
Titik tolak dari  paradoxical intention ada dua: pertama adalah kesanggupan manusia untuk bebas bersikap atau mengambil jarak terhadap diri sendiri, termasuk didalamnya sikap terhadap tingkah laku dan masalah-masalah yang dihadapinya.
Kedua adalah, bahwa kesengajaan yang memaksa untuk menghindari sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu yang ingin dihindarinya, dan kesengajaan yang memaksa untuk mencapai sesuatu semakin menjauhkan individu dari sesuatu yang ingin dicapainya.
b.   De-reflection  (meniadakan perenungan)
Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang ada pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat.
 Gofryd Kaczanowski yang intinya menyebutkan bahwa derefleksi adalah suatu teknik terapi yang kurang spesifik, lebih sulit namun lebih logoterapeutik dibanding dengan intensi paradoksikal.Ada suatu teknik dari Herbert dan William (2003) yang kurang lebih sama dengan derefleksi, namun mempunyai tujuan yang berbeda yaitu memasrahkan diri. Menurutnya sikap ini perlu pada saat kita sudah berada pada batas kemampuan dan jalan buntu. Karena sikap  pasrah total dapat memutuskan ikatan masa lalu, membawa anda pindah dari pola pikiran yang merusak, dan menuju kinerja yang lebih baik.
c.  Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani kirannya bisa dilihat sebagai ciri paling menonjol dari logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual. Sebab bimbingan rohani merupakan metode yang secara eksklusif diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran pemenuhan makna oleh individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai terakhir yang bisa ditemuinya, nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa diubahnya, tidak lagi mampu berbuat selain menghadapi dengan cara mengembangkan sikap yang tepat dan positif terhadap penderitaan itu.
d. Ekstensial Analisis
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya
Dalam analisis eksistensial, psikolog tidak mengarahkan, membimbing, atau menilai klien berdasarkan praduga-praduga. Tugas psikolog hanyalah membantu klien menjadi dirinya yang otentik.

Sumber :