Minggu, 21 Juni 2015

a.       Pengertian Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda (dalam Almasitoh, 2012)
Tujuan konseling keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita gangguan skizofrenia, konseling keluarga dianggap cara baru untuk mengerti dan menangani penderita gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya berguna untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang tidak berfungsi baik (dalam Almasitoh, 2012)

b.      Cara melakukan terapi keluarga
1. Multiple Family Therapy
Keluarga-keluarga yang terpilih menemui konselor tiap minggu, dan pada waktu itu mereka menceritakan problem mereka masing-masing dan membantu sesama dalam pemecahan persoalan
2. Multiple impact Therapy
Mencakup seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang berkelanjutan dengan konselorkonselor  komunitas yang multidisipliner mungkin selama dua hari. Terapi ini mencakup pemberian konseling secara penuh selama dua hari atau lebih kepada satu keluarga.
3. Terapi jaringan (Network Therapy)
Berusaha memobilisasi sejumlah orang untuk berkumpul dalam suatu krisis untuk membentuk suatu kekuatan terapeutik. Tujuan ini adalah untuk memperkuat kekuatan dari jaringan yang dikumpulkan untuk memberi kesempatan untuk berubah di dalam sistem keluarga tersebut.
c.       Manfaat terapi keluarga
Bagi klien :
 Mempercepat proses penyembuhan.
 Memperbaiki hubungan interpersonal.
  Menurunkan angka kekambuhan.
Bagi Keluarga :
  Memperbaiki fungsi & struktur keluarga.
  Keluarga mampu meningkatkan pengertian thd klien shg lebih dpt menerima, toleran & menghargai klien sbg manusia.
  Keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitasi.

d.      Kasus kasus yang dapat diselesaikan dalam terapi keluarga.
a.       Komplimentaris peran,
yaitu anggota keluarga melakukan peran yang berbeda, yang melengkapi satu sama lain dalam menyelesaikan fungsi keluarga. Dengan ini kebutuhan keluarga dapat dipenuhi dengan cara yang efisien, misalnya ayah mendengarkan keluhan anak-anaknya,ibunya membimbing anak-anak dan memberi hukuman jika diperlukan.
b. Pertukaran peran
Pertukaran peran mencakup anggota keluarga merespon permintaan-permintaan baru pada keluarga dengan betukar peran, misalnya:anak gadis harus mengasuh adiknya karena ayah ibunya harus bekerja dan akan bermasalah ketika dia belum mampu memenuhi tuntutan tersebut.
c. Konflik peran
Konflik peran terjadi ketika dua atau lebih anggota keluarga berselisih paham tentang suatu peran. Contoh: ayah tiri mengambil tanggung jawab pendisiplinan, sedang istrinya menganggap itu sebagai tugasnya
d. Kebalikan peran
Kebalikan peran mencakup anggota keluarga sementara memegang peran yang berlawanan dengan peran-peran yang biasanya dilakukan. Contoh: anak perempuan berangan apa yang sesuai untuk dilakukan ibunya apabila anaknya perempuan melanggar aturan jam malam

e.       Contoh kasus terapi keluarga

M adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, dalam kesehariannya M sering berlaku agresi secara verbal kepada kedua orangtua bila keinginannya tidak dituruti, M juga sering terlibat pertengkaran dengan kakaknya jika di rasanya kegiatannya terusik. Namun begitu M dikenal berperilaku baik dan pendiam diluar keluarga yaitu lingkungan sosialnya. Keluarga sudah berusaha mendidik M dengan baik dan berusaha menuruti kemauan M namun M selalu saja meminta sesuatu yang bila tidak diberi akan bersikap kasar kepada orangtuanya.
Proses Terapi
            Beberapa langkah yang harus ditempuh oleh seorang konselor sebelum benar-benar memberikan terapi, antara lain:
a)      Seorang konselor harus melakukan metode interviw keluarga terstruktur dengan menanyakan kepada anggota keluarga secara terpisah, kemudian secara bersama-sama.
b)      Konselor mengevaluasi keluarga dengan metode sejarah keluarga untuk mendapatkan riwayat keluarga secara lengkap dan rinci.
c)      Setelah konselor merasa informasi yang didapatkan sudah lengkap dan terperinci serta masalah-masalah yang ada dalam keluarga nampak jelas, dalam hal ini apa saja yang menyebabkan perilaku agresi pada M, apakah masalah komunikasi dengan keluarga yang lainperbedaan sikap orang tua terhadap M, dan lain-lain.
d)     Konselor harus memberikan intervensi individual terhadap M berkaitan dengan masalah identitas diri dan konsep dirinya yang salah dengan melakukan identifikasi dan analisi terhadap penolakan dan pertahanan, asosiasi bebas, analisis mimpi kemudian melakukan interpretasi.

Daftar Pustaka :
Almasitoh, H.U. (2012). Model terapi dalam keluarga. Magistra No. 80 Th. XXIV.

Selasa, 07 April 2015

Psikoterapi



A.    Pendekatan Psikoanalisa
Psikoanalisa pertama kali di di ciptakan oleh Sigmund freud (1856-1939)., seorang neurologist dari Austria. Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan fikiran bawah sadar.
Tujuan dari metode psikoanalisis ini adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah dibawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang di alami, maka seseorang bisa mengatasi masalahnya melalui pemahaman oribadinya.
B.     Pendekatan Behavioral (Psikologi Belajar)
Tokoh dalam pendekatan behavioral ini adalah E.L Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
Pendekatan terapi ini berfokus pada bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (Hubungan sebab akibat atau aksi-reaksi).
C.     Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu dalam terapi ini, seorang psikoterapis berperan sebagai Fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan.
D.    Pendekatan Kognitif
            Pendekatan kognitif memiliki konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Gejala perilaku yang menyimpang berhubungan erat dengan isi pikiran. Oleh karena itu, pendekatan kognitif lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
            Tujuan utama dalam pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Terapis dengan pendekatan kognitif membimbing klien agar berpikir lebih realistik dan sesuai sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi perilaku yang menyimpang. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.

KASUS YANG DAPAT DI TANGANI
A.    Psikoadinamik
Klien yang mengalami trauma masa lalu, yang menyimpan kejadian pahit masa lalunya hingga terbawa sampai ke kehidupannya saat ini, seperti anak dengan orangtua yang broken home pada saat ia masih kecil, sehingga saat dewasa cenderung pasif dan kurang interaksi sosial. Jika keadaan tersebut terus berlangsung dapat mengganggu kehidupannya seterusnya.
B.     Behavioristik
Seorang anak yang kurang disiplin selalu membolos dan datang terlambat kesekolah, sehingga nilai disekolahnya selalu buruk dan membuat kedua orang tuanya kecewa.
C.     Humanistik
Seorang wanita yang sedang patah hati karena ditinggal kekasinnya selingkuh, sehingga wanita selalu larut dalam kesedihan dan kurang semangat dalam menjalani aktivitasnya sehari – hari.
D.    Kognitif
Seorang pria yang menganggap dirinya seorang wanita dan menyukai hal – hal yang berbau wanita, meskipun terkadang ia sadar dirinya seorang pria.

PANDANGAN MENGENAI KASUS – KASUS DI ATAS.
A.    Psikodinamika
Menurut saya kasus tersebut dapat di atasi dengan teknik psikoanalisa, dimana klien di bangkitkan alam bawah sadarnya mengenai peristiwa buruk yang pernah di alami, dengan teknik asosiasi bebas sehingga klien dapat mencurahkan apa hal buruk yang di pendam yang dapat mengganggu kehidupannya.

B.     Behavioristik
Kasus tersebut dapat ditangani dengan memberikan punishment maupun reward, dimana jikan klien dapat mengubah perilaku buruknya menjadi lebih baik klien diberi imbalan, missal berupa penambahan poin nilai oleh guru, namun jika klien masih melakukan perilaku buruknya klien diberikan punishment berupa pengurangan nilai yang sudah didapatinya. Hingga klien bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri
C.     Humanistik
Pada kasus ini, terapis memberikan pesan moral dan mengarahkan klien agar mampu bangkit dari kesdihannya, dalam terapi ini treapis hanya sebagai fasilitator bukan pemberi jawaban masalah klien, terapis membimbing klien sampai klien menemukan jawabannya sendiri, meskipun membutuhkan waktu yang lam, namun metode ini dapat memberikan dampak yang lebih kuat bagi klien.
D.    Kognitif
Dalam kasus ini, menurut saya kasus tersebut bisa diatasi dengan cara merubah pola pikir klien. Karena masalah tersebut ditimbulkan dari pikiran yang salah. Dengan  menggunakan pendekatan kognitif, terapis membimbing klien agar berpikir lebih realistik dan lebih rasional.


Kamis, 15 Januari 2015

ARTIFICIAL INTELLIGENCE



A.    Sejarah Artificial Intelligence
Kecerdasan Buatan (bahasa Inggris: Artificial Intelligence atau AI) didefinisikan sebagai kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer (games), logika fuzzy, jaringan syaraf tiruan dan robotika.
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia.
Awal mula dari kecerdasan buatan yaitu adanya kalkulator yang digunakan sebagai alat hitung di China pada abad ke-6 SM. Seorang astronom dari Jerman bernama Wilhelm Schickard tahun 1633 menemukan kalkulator digital otomatis. Penemuan mesin hitung seringkali dihubungkan dengan filsuf asal Perancis bernama Blaise Pascal yaitu si penemu kalkulus. Namun mesin buatan Pascal hanya mampu menambah & mengurangi, sedangkan di tahun 1670-an, Gottfried Leibniz mengenalkan mesin yang bisa mengalikan & membagi. Kemudian Charles Babbage pada tahun 1792-1871 berhasil mengembangkan konsep dari alat perhitungan matematis yang dapat di program, disebut dengan ‘mesin analitik’ yang lebih dikenal dengan komputer.
Asal mula komputer modern diperkirakan pada tahun 1940-an yaitu ketika komputer tabung vakum seperti UNIVAC & ENIAC. Komputer tabung vacuum ini ditemukan untuk mempercepat perhitungan matematiika yang panjang dan menjemukan, yang biasa digunakan pihak militer. Pada tahun 1956, adanya pertemuan 10 ilmuwan di Universitas Dartmouth untuk membicarakan kemungkinan pengembangan program komputer yang mampu ‘bersikap’ cerdas. Pertemuan tersebut menjadi penentu arah penelitian AI ditentukan yang secara langsung juga mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Dan sejak pertemuan tersebut, AI menjadi berkembang sangat pesat dalam beraneka bentuk yang saat ini telah menyentuh kehidupan sehari-hari kebanyakan manusia serta dimanfaatkan dalam berbagai penelitian.

B.     Artificial Intelligence (AI) dan Kognisi Manusia (Mesin Berpikir)
Semua orang yang merangkai model proses pararel telah mencoba untuk menemukan solusi atas pertanyaan mengenai otak “mesin berpikir”, dan apakah komputer mampu meniru kemampuan otak serta kognisi manusia? Namun sebenarnya Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan cabang dari ilmu komputer yang berhubungan dengan perkembangan komputer (hardware) dan program komputer (software) yang mampu meniru fungsi kognisi manusia. AI dan psikologi kognitif memiliki semacam hubungan simbiosis, yang masing-masing bagian mendapat keuntungan dari peningkatan bagiannya. Peningkatan pada cara-cara untuk meniru secara persis persepsi manusia, ingatan pemrosesan bahasa dan pikiran. Oleh karena itu perkembangan AI meningkatkan pentingnya memahami kognisi manusia. Tujuan AI itu sendiri selain untuk meniru kecerdasan kognisi manusia juga untuk pemecahan masalah pengetahuan serta peningkatan SDM.
          Artificial intelligence adalah salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Kecerdasan buatan juga merupakan suatu sistem informasi yang berhubungan dengan penangkapan, pemodelan dan penyimpanan kecerdasan manusia dalam sebuah sistem teknologi informasi sehingga sistem tersebut memiliki kecerdasan seperti yang dimiliki manusia. Sistem ini dikembangkan untuk mengembangkan metode dan sistem untuk menyelesaikan masalah, biasanya diselesaikan melalui aktifivitas intelektual manusia, misal pengolahan citra, perencanaan, peramalan dan lain-lain, meningkatkan kinerja sistem informasi yang berbasis komputer.
Beberapa program komputer dapat bekerja lebih efektif daripada pikiran manusia. Komputer mampu memecahkan beberapa masalah, seperti sebuah soal matematika yang mendetail, lebih cepat serta lebih akurat daripada kognisi manusia. Namun di beberapa tugas lain seperti menggenaralisasikan dan memperlajari pola aktivitas baru, paling baik dilakukan oleh manusia dibandingkan komputer.

C.     Artificial Intelligence (AI) dan Sistem Pakar (ELIZA, Parry, NETtalk)
Sistem yang berkinerja seperti seorang ahli disebut dengan sistem pakar. Pada dasarnya sebuah sistem pakar adalah spesialis tiruan yang memecahkan masalah termasuk dalam keahliannya. Sistem pakar itu sendiri telah dirancang untuk memecahkan masalah dalam bidang kedokteran, hukum, catur, aerodinamis atau bahkan beberapa kasus yang sulit dipeahkan oleh manusia. Sistem ini mengikuti aturan-aturan yang telah ada sering kali menggunakan pohon keputusan, tetapi bbagaimana pun sistem ini hanya bisa memikirkan satu hal saja.
Eliza, Parry dan Nettalk adalah beberapa contoh dari chatterbot. Chatterbot merupakan sebuah program komputer yang dirancang untuk menstimulasi percakapan intelektual dengan satu atau lebih manusia secara audio maupun teks. Chatterbot dikategorikan sebagai kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence, yang dimanfaatkan untuk tujuan praktis seperti bantuan online, layanan personal, atau diskusi informasi, dalam hal ini dapat dilihat fungsi program sebagai suatu jenis agen percakapan (conversational agent)
ELIZA
Salah satu program komputer pertama yang mampu berkomunikasi ini ditulis oleh Joseph Weizenbaum di tahun 1966. Beberapa revisi atas ELIZA telah di buat dari konsep aslinya. Pada satu program yang spesifik, bernama DOCTOR, ELIZA mengambil peran seperti seorang psikiater.
PARRY
Colby, Hilf, Weber dan Kraemer pada tahun 1972 menstimulasi seorang pasien dan menyebut program ini PARRY, karena ia menstimulasi seorang pasien paranoid. Mereka memilih seorang paranoid sebagai subjek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem paranoia memang ada, perbedaan respons psikotis dan respons normalnya cukup hebat dan mereka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek keakuratan dan kemampuan pemisahan antara respons simulasi komputer dan respons manusia. Colby dan para rekan-rekan penelitinya mengarahkan komputer tersebut untuk  melakukan Tes Turing, dengan meminta sekelompok psikiater untuk mewawancarai PARRY menggunakan pesan yang disampaikan dalam bentuk ketikan. Para juri (psikiater) diminta untuk mengukur kadar paranoia dari keseluruhan respons.
NETTalk
Program ini cukup berbeda jenisnya berdasarkan pada jaring – jaring neuron. Program ini di kembangkan oleh Sejnowski di sekolah medis Harvard dan Rosenberg di Universitas Princeton. Dalam program ini, NETTalk membaca tulisan dan mengucapkannya keras-keras. Model simulasi jaring neuron terdiri atas beberapa ratus unit (neuron) dan ribuan koneksi. NETTalk ‘membaca keras-keras’ dengan cara mengkonversi tulisan menjadi fonem -fonem, unit dasar dari suara sebuah bahasa.

D.    Penggunaan Artificial Intelligence (AI) sebagai expert system yang dapat digunakan untuk mendukung sistem penambilan keputusan (diagnosa)
Expert system yaitu komputer sebagai sarana untuk menyimpan pengetahuan para pakar sehingga komputer memiliki keahlian menyelesaikan permasalahan dengan meniru keahlian yang dimiliki pakar. Konstribusi AI pada bidang psikologi sudah sangat berperan, dimana beberapa program dalam psikologi sudah dibantu dengan komputer. Tes psikologi yang sudah banyak bisa di akses di media komputer dan internet, seperti halnya Aptitude Test, Tes Intelegensi dan sebagainya yang kita hanya menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dalam komputer dan hasil sudah bisa dilihat saat itu juga. Walaupun pada prosesnya kecerdasan buatan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri dibanding dengan otak manusia. Dalam hal ini terlihat bahwa komputer menyimpan pengetahuan sehingga memiliki keahlian untuk menyelesaikan permasalahan dengan meniru keahlian yang dimiliki oleh orang yang expert di bidang nya.
Dasar untuk aplikasi-aplikasi AI pada umumnya adalah penyelesaian masalah (Problem Solving). Dua tipe dari masalah:
a.    tipe pertama dapat diselesaikan dengan menggunakan beberapa tipe prosedur deterministik, yaitu menjamin keberhasilan dan disebut: Computation
b.   tipe kedua terdiri dari masalah-masalah yang diselesaikan oleh pencarian (searching) untuk penyelesaian.
E.     Contoh Kasus
Contoh nyata model service robot berbasis vision  (vision-based service robot) yang dikembangkan penulis bernama Srikandi III yang menggunakan 2 buah kamera (stereo vision) seperti gambar di bawah, dimana robot dapat mengirimkan order pesanan minuman ke pelanggan:
(a)                                          (b)
Gambar 1.9  Contoh robotika berbasis kamera
Pada pengembangan selanjutnya, menanamkan kecerdasan buatan yang komplek pada robot sehingga  mampu mengenal dan memahami suara manusia, perhatian terhadap berbagai gerak lawan bicara dan mampu memberikan response alami yang diberikan robot ke manusia merupakan tantangan ke depan untuk membangun robot masa depan

sumber :
Solso, R., Maclin, O., & Maclin, M.(2008). Psikologi Kognitif (8th ed.). Jakarta : Erlangga
Kusumadewi, S. (2003). Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta:
Graha Ilmu.