a. Pengertian
Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui
permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara
pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak
memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat
menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda
(dalam Almasitoh, 2012)
Tujuan konseling keluarga terutama adalah untuk
mengerti keluarga penderita gangguan skizofrenia, konseling keluarga dianggap
cara baru untuk mengerti dan menangani penderita gangguan mental. Kemudian
konseling keluarga tidak hanya berguna untuk menangani individu dalam konteks
keluarga, tetapi juga keluarga yang tidak berfungsi baik (dalam Almasitoh,
2012)
b. Cara
melakukan terapi keluarga
1.
Multiple Family Therapy
Keluarga-keluarga
yang terpilih menemui konselor tiap minggu, dan pada waktu itu mereka menceritakan
problem mereka masing-masing dan membantu sesama dalam pemecahan persoalan
2.
Multiple impact Therapy
Mencakup
seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang berkelanjutan dengan
konselorkonselor komunitas yang
multidisipliner mungkin selama dua hari. Terapi ini mencakup pemberian
konseling secara penuh selama dua hari atau lebih kepada satu keluarga.
3.
Terapi jaringan (Network Therapy)
Berusaha
memobilisasi sejumlah orang untuk berkumpul dalam suatu krisis untuk membentuk suatu
kekuatan terapeutik. Tujuan ini adalah untuk memperkuat kekuatan dari jaringan
yang dikumpulkan untuk memberi kesempatan untuk berubah di dalam sistem
keluarga tersebut.
c. Manfaat
terapi keluarga
Bagi
klien :
• Mempercepat proses penyembuhan.
• Memperbaiki hubungan interpersonal.
•
Menurunkan angka kekambuhan.
Bagi
Keluarga :
• Memperbaiki fungsi & struktur keluarga.
• Keluarga mampu meningkatkan pengertian thd
klien shg lebih dpt menerima, toleran & menghargai klien sbg manusia.
• Keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm
membantu klien dlm proses rehabilitasi.
d. Kasus
kasus yang dapat diselesaikan dalam terapi keluarga.
a. Komplimentaris
peran,
yaitu anggota keluarga melakukan peran
yang berbeda, yang melengkapi satu sama lain dalam menyelesaikan fungsi
keluarga. Dengan ini kebutuhan keluarga dapat dipenuhi dengan cara yang
efisien, misalnya ayah mendengarkan keluhan anak-anaknya,ibunya membimbing
anak-anak dan memberi hukuman jika diperlukan.
b.
Pertukaran peran
Pertukaran
peran mencakup anggota keluarga merespon permintaan-permintaan baru pada
keluarga dengan betukar peran, misalnya:anak gadis harus mengasuh adiknya
karena ayah ibunya harus bekerja dan akan bermasalah ketika dia belum mampu
memenuhi tuntutan tersebut.
c.
Konflik peran
Konflik
peran terjadi ketika dua atau lebih anggota keluarga berselisih paham tentang suatu
peran. Contoh: ayah tiri mengambil tanggung jawab pendisiplinan, sedang
istrinya menganggap itu sebagai tugasnya
d.
Kebalikan peran
Kebalikan
peran mencakup anggota keluarga sementara memegang peran yang berlawanan dengan
peran-peran yang biasanya dilakukan. Contoh: anak perempuan berangan apa yang
sesuai untuk dilakukan ibunya apabila anaknya perempuan melanggar aturan jam
malam
e. Contoh
kasus terapi keluarga
M adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, dalam
kesehariannya M sering berlaku agresi secara verbal kepada kedua orangtua bila
keinginannya tidak dituruti, M juga sering terlibat pertengkaran dengan
kakaknya jika di rasanya kegiatannya terusik. Namun begitu M dikenal
berperilaku baik dan pendiam diluar keluarga yaitu lingkungan sosialnya. Keluarga
sudah berusaha mendidik M dengan baik dan berusaha menuruti kemauan M namun M
selalu saja meminta sesuatu yang bila tidak diberi akan bersikap kasar kepada
orangtuanya.
Proses
Terapi
Beberapa langkah yang harus ditempuh
oleh seorang konselor sebelum benar-benar memberikan terapi, antara lain:
a)
Seorang konselor harus melakukan metode
interviw keluarga terstruktur dengan menanyakan kepada anggota keluarga secara
terpisah, kemudian secara bersama-sama.
b)
Konselor mengevaluasi keluarga dengan
metode sejarah keluarga untuk mendapatkan riwayat keluarga secara lengkap dan
rinci.
c)
Setelah konselor merasa informasi yang
didapatkan sudah lengkap dan terperinci serta masalah-masalah yang ada dalam
keluarga nampak jelas, dalam hal ini apa saja yang menyebabkan perilaku agresi
pada M, apakah masalah komunikasi dengan keluarga yang lainperbedaan sikap
orang tua terhadap M, dan lain-lain.
d)
Konselor harus memberikan intervensi
individual terhadap M berkaitan dengan masalah identitas diri dan konsep
dirinya yang salah dengan melakukan identifikasi dan analisi terhadap penolakan
dan pertahanan, asosiasi bebas, analisis mimpi kemudian melakukan interpretasi.
Daftar
Pustaka :
Almasitoh,
H.U. (2012). Model terapi dalam keluarga. Magistra No. 80 Th.
XXIV.