1. Pengertian Motivasi
Motivasi
merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau
mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau
keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata
lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang
yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh
kesuksesan dalam kehidupan.
2. Teori - teori Motivasi
1. Teori Drive Reinforcemen
Teori ini didasarkan
atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian konpensasi.
Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang selalu
dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan
antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori pengukuhan
ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Pengukuhan
Positif (Positive Reinforcement),
yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat
2. Pengukuhan
Negatif (Negative Reinforcement),
yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Contoh kasus:
Biasanya di terapkan dalam kehidupan sehari-hari,
misalkan seorang kuli panggul di pasar tradisional, jika ia dapat
mengangkut/mengirim 5 ton buah pada tiap 5 karung maka akan diberikan 2 kg buah
segar oleh pemilik toko buah tersebut,
Drive-Reinforcement nya berbentuk reward berupa materi yang diberikan pemilik
toko kepada pekerjanya (kuli panggul).
2. Teori harapan
Teori
ini termasuk kedalam Teori – teori Kesadaran. Teori ini menunjukkan pendekatan
kognitif terhadap motivasi kerja, yang menekankan kepada kemampuan individu
dalam pemrosesan informasi. Kekuatan motivasi yang mendasarinya bukanlah sebuah
kebutuhan. Pekerja diasumsikan melakukan penilaian rasional terhadap situasi
kerjanya dengan mengumpulkan informasi untuk diolah, kemudian membuat
keputusanyang optimal. Kebutuhan hanya digunakan untuk membantu dalam memahami
bagaimana pekerja membuat pilihan berdasarkan pada keyakinan persepsi dan nilai
– nilai mereka.
Teori
pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak
dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan
bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu , dan pada daya
tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut.
Dalam istilah yang lebih praktis, teori
pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat
upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian
kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin 2003:229).
Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang
menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan
pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan
dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu.
Teori harapan ini didasarkan atas :
1. Harapan (Expectancy), adalah suatu
kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku.
2. Nilai (Valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai
/ martabat tertentu (daya/nilai motivasi) bagi setiap individu yang
bersangkutan.
Pertautan (Instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat
pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.
Contoh kasus:
Dari
sudut pandang Expectancy Theory, para pekerja tidak termotivasi untuk bekerja
keras karena tidak adanya hubungan antara prestasi kerja dengan penghasilan.
Persepsi mereka adalah bahwa kerja keras tidak akan memberikan mereka
penghasilan yang diharapkan. Malahan, dengan adanya PHK, mereka memiliki
persepsi bahwa walaupun telah bekerja keras, kadang-kadang mereka malah
mendatangkan hasil yang tidak diinginkan, misalnya PHK. Konsisten dengan teori
ini, para pekerja pun menunjukkan motivasi yang rendah dalam melakukan
pekerjannya.
3.
Teori tujuan
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator.
Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan
spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat
sebab:
• Ia akan berorientasi pada hal hal yang diperlukan
• Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
• Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan
• Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki
tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan
memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga
muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan.
Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi
memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan
prakarsa sendiri, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan.
Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar
untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang
tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia
diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu
tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan
tersebut tidak terlalu besar.
Contoh Kasus :
Seorang pekeja sales
marketing akan termotivasi untuk meningkatkan penjualan dan lebih berusaha
mempromosikan barang yang hendak di jual karena jika mencapai target yang
ditentukan perusahaan akan memberikan bonus 30 persen dari gaji yang didapat.
4. Teori Hirarki Kebutuhan
Maslow
Menurut Maslow ada 5 macam kebutuhan manusia yang
tersusun secara bertingkat sebagai suatu hierarki, yaitu :
a. Tingkat 1 :
Kebutuhan
– kebutuhan fisik, mislanya : makanan, air, seks, dan tidur. “physiological
needs : food, watre, sex and sleep”.
b. Tingkat 2 :
Kebutuhan
akan keamanan , misalnya : perlindungan dari kejahatan “safety needs protection
from harm”
c. Tingkat 3 :
Kebutuhan
akan rasa cinta dan diterima, misalnya : affilasi dengan individu lain “Love
and belonging needs: affiliation with others and acceptance by others”.
d. Tingkat 4 :
Kebutuhan
akan penghargaan, mislanya : prestasi, kompetensi, memperoleh pengakuan dan
penghargaan “Esteem needs: Achievment, Competency, gaining approval and
recognitions”.
e. Tingkat 5 :
Aktualisasi
diri : pemenuhan kompetensi keunikan seseorang. “Fulfillment of one’s unique
potential”. Plotnik ( dalam basuki, 2008 )
Contoh kasus :
Pak Rudi adalah seorang pensiunan direktur disuatu
perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan, sudah dua tahun ia pensiun dari
perusahaan tersebut dan posisinya sebagai direktur, kini digantikan oleh
anaknya Samy. Semenjak ia pensiun, semua urusan
perusahaan ditangani oleh Samy tanpa kecuali, ia tidak ingin ayahnya terbebani
pikiran karena sudah pensiun. Walau merasa dirinya sudah pensiun Pak Rudi ingin
sekali berpartisipasi mengembangkan perusahaan, namun anaknya melarang karena
merasa ayahnya itu sudah lebih baik dirumah saja. Pak Rudi merasa kebutuhan
akan aktualisasi dirinya tidak terpenuhi, karena walau ia sudah pensiun, ia
ingin membuktikan bahwa ia masih berkompeten dengan pengalaman-pengalamannya
demi perkembangan perusahaannya.
Sumber :
Basuki, heru A.M.
2008. Psikologi Umum : Seri Diktat Kuliah. Universitas Gunadarma
http://ninda-psikologi.blogspot.com/2009/11/teori-motivasi-teori-drive.html