Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat
metode terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered
therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan,bimbingan, dan
pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegangasumsinyabahwa manusia itu bebas,
rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar
dipahami (Alwisol, 2005 : 333).
1.
Perkembangan
Kepribadian “Self”
Roger bekerja dengan individu-individu yang terganggu
yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat
pasien-pasien ini, Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan
tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli
terapi.
Menurut Rogers, manusia yang sadar dan rasional, tidak
dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Hal ini tidak menghukum
atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat
kita kontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang
sehat adalah jauh lebih penting daripada masa lampau.
Rogers mempunyai konsepsi-konsepsi pokok didalam
teorinya, yaitu:
· Organism, yaitu keseluruhan individu
· Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
· Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai beramacam-macam sifat:
a. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
b. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. Self mengejar keutuhan/kesatuan.
d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
· Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
· Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai beramacam-macam sifat:
a. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
b. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. Self mengejar keutuhan/kesatuan.
d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
Saat kecil, anak-anak mulai membedakan salah satu segi
pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Anak-anak mulai menambahkan kata
“aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuannya untuk membedakan
antara apa yang menjadi milik dan benda yang dilihat, diraba, didengar dan
dicium ketika dia mulai membentuk suatu gambaran tentang siapa dirinya. Dengan
kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri’ (self concept).
Sebagian dari self concept, anak juga
mengambarkan dia akan menjadi apa dan siapa. Gambaran itu terbentuk sebagai
suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain.
Dengan mengamati orang lainterhadap tingkah lakunya sendiri, anak itu secara
ideal mengembangkan suatu pola gambaran diri yang konsisten.
2.
peranan positif
regard dalam pembentukan kepribadian individu
Positive regard, suatu kebutuhan
yang memaksa, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive
regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup
akan kebutuhan ini. Anak puas kalau menerima kasih sayang dan cinta dari orang
lain (ibunya), tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat
cinta dan kasih sayang. Anak itu akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang
sehat, tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini
dipuaskan dengan baik.
Dalam hal ini, anak menjadi peka terhadap setiap tanda
penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang
diharapkan. Anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang-orang lain,
bukan dari dirinya sendiri. Karena ia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive
regard yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin mengerahkan energi
dan pikiran. Anak itu harus bekerja keras untuk positive regard dengan
mengorbankan aktualisasi-diri.
Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut
Rogers “penghargaan diri positif bersyarat” (conditional positive regard). Kasih
sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang
baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka ia
menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil
alih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.
3.
Ciri-Ciri Orang
Yang Berfungsi Sepenuhnya
Hal yang pertama dikemukakan tentang versi Rogers
mengenai kepribadian yang sehat, yakni keribadian yang sehat itu bukan
merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arahan bukan
suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus; tidak pernah merupakan suatu
kondisi yang selesai atau statis. Hal kedua dari aktualisasi diri adalah aktualisasi
diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan kadang menyakitkan. Aktualisasi
diri merupakan suatu ujian, rentangan dan pecutan terus menerus terhadap semua
kemampuan seseorang. Hal ketiga tentang orang-orang yang mengaktualissikan
diri, yakni mereka benar-benar adalah diri mereka sendiri. Mereka tida
bersembunyi dibelakang topeng yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan
mereka atau menyembunikan sebagian diri mereka.
Rogers tidak percaya bahwa orang-orang yang
mengaktualisasikan diri hidup dibawah hukum-hukum yang diletakkan orang-orang
lain. Arah yang dipilih, tingkah laku yang diperlihatkan, semata-mata
ditentukan oleh individu-individu mereka sendiri. Rogers juga memberikan lima
sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
a) Keterbukaan Pada
Pengalaman
Seseorang yang terhambat oleh syarat-syarat
penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak satu pun yang
harus dilawan karena tidak satu pun yang mengancam. Jadi, keterbukaan pada
pengalaman adalah lawan dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem syaraf
organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih
“emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat
positif dan negatif (kebahagiaan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi
itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
b) Kehidupan
Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya
dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti
sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka dari itu ada
kegembiraan karena setiap saat pengalaman tersingkap. Orang yang berfungsi
sepenuhnya jelas dapat menyesuaikan diri karena struktur-diri terus-menerus
terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepribadian yang demikian itu tidak
kaku dan dapat diramalkan.
c) Kepercayaan Terhadap
Organisme Orang Sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar
merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan,
lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Orang
yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul
seketika dan intuitif. Dalam tingkah laku yang demikian itu terdapat banyak
spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama dengan bertindak terburu-buru atau
sama sekali tidak memperhatikan konsekuensi-konsekuensinya.
d) Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara
psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau
rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi
sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan
dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah
laku, keadaan atau peristiwa masa lampau.
e) Kreatifitas
Orang-orang yang kreatif dan spontan tidak terkenal
karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan-tekanan
sosial dan kultural. Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya
lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang
drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreatifitas dan
spontanitas untuk menanggulani perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti
dalam pertempuran atau bencana-bencana ilmiah.
Sumber
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
Schultz, D.psikologi pertumbuhan : model – model kepribadian sehat. Yogyakarta: kanisius, 1991.
Schultz, D.psikologi pertumbuhan : model – model kepribadian sehat. Yogyakarta: kanisius, 1991.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental
1. Yogyakarta: Kanisius